Vlad
II ayah Dracula diangkat sebagai anggota Orde Naga oleh Sigismund
Raja Hongaria. Orde naga ini pada awalnya adalah kelompok persaudaraan
tempat berkumpulnya para pendeta, tapi di kemudian hari Orde Naga
menjadi semacam benteng Pasukan Salib untuk melawan pasukan Khilafah
Utsmaniyah. Kemanapun Vlad II pergi, ia selalu memakai lencana
bergambar naga. Sehingga ia sering dipanggil Vlad Dracul. Dalam bahasa
Rumania, Dracul artinya naga. Sementara, akhiran “ulea” dalam bahasa
Rumania berarti “anak dari”. Maka Vlad III ( Dracula) anak dari Vlad
Dracul (Vlad II) dipanggil dengan nama Vlad Dracula yang artinya anak
dari Vlad Dracul.
Pada tahun 1442 M terjadi perang
antara pasukan Wallachia dgn pasukan khilafah Utsmaniah. Basarab
memilih langkah netral yg mengakibatkan ia diusir oleh Sigismund.
Kedudukannya diganti oleh Janos Hunyadi, salah satu panglima perang
Sigismund di Transylvania. Tapi tak lama kemudian, Basarab mengambil
tahtanya kembali dengan bantuan khilafah Utsmaniah. Nah, sebagai
bentuk kesetiaannya kepada khilafah, ia kemudian mengirim dua anaknya
yaitu Dracula yang saat itu baru berusia 11 thn dan adiknya Randu
untuk sekolah ke Turki.
Selama
di pusat kekhilafahan, kedua anak ini dididik secara Islam. Mereka
berdua kemudian memeluk Islam. Selain belajar di madrasah, mereka juga
belajar ketrampilan perang. Seiring bergulirnya waktu kedua anak ini
tumbuh menjadi dua pribadi yang jauh bertolak belakang. Randu tumbuh
menjadi muslim yang taat dan berperangai lembut sedangkan Drakula
tumbuh menjadi sosok pembangkang yang kejam.
Tak
hanya membangkang, sifat keji Drakula pun makin tampak. Salah satu
hobinya di Turki adalah bolos dari madrasah untuk melihat eksekusi
penjahat kelas berat yang kepalanya dipancung di alun-alun. Setiap
minggu eksekusi atas penjahat kelas kakap atau para pembughat diadakan
di alun-alun. Dan salah satu penonton setianya adalah Drakula yang
akan menyaksikan acara tersebut sampai selesai. Di saat senggangnya
Drakula juga sangat suka menyiksa binatang. Binatang apapun yang ada
disekitarnya ia tangkap dan ditusuk seperti sate. Ia sangat puas
melihat binatang-binatang tersebut menggelepar-gelepar menyongsong
ajal.
Walaupun
begiu, Dracula menunjukkan kemajuan yang pesat dalam kemampuan
militernya. Kemajuan Dracula tersebut menarik perhatian Sultan
Muhammad alFatih yang kemudian menikahkannya dgn salah satu kerabat
Sultan dengan harapan Dracula di kemudian hari akan menjadi Panglima
perang khilafah
.
Berpuluh
tahun kemudian terjadilah konflik antara John Hunyadi dan ayah
Drakula Vlad II yang berujung pada pembunuhan Vlad II dan kakak
Drakula, Mircea. John Hunyadi kemudian menunjuk keluarga Dan II sebagai
penguasa Wallachia. Mendengar hal ini, Sultan Muhammad AlFatih
kemudian mengirim Drakula bersama ribuan pasukan ke Wallachia untuk
merebut kembali Wallachia ke dalam naungan khilafah. Pertempuran ini
berakhir dengan futuhat terhadap Wallachia. Dan Dracula ditunjuk
sebagai amir di sana. Dracula menduduki Wallachia selama 2 bln krn
Janos Hunyadi kemudian berhasil mengusirnya dan menempatkan Dan II
kembali sebagai raja Wallachia. Dracula kemudian melarikan diri ke
Moldavia. Tapi kemudian Dan II berkhianat kepada Janos dengan memihak
Turki. Hal ini dimanfaatkan Dracula utk mendekati Janos. Dracula di
tempatkan Janos di benteng Sibiu, daerah Transylvania. Kemudian
Dracula menyerang Wallachia dan berhasil membunuh Dan II, namun kali
ini bukan lagi sebagai wakil dari Muhammad AlFatih. Sebaliknya dia
menjadi pengkhianat.
Pada
masa pemerintahannya di Wallachia, dia bertindak sangat kejam dengan
membunuh siapa saja yang tidak disukai, mulai dari para bangsawan,
tuan tanah, petani dan pengemis beserta keluarganya. Jumlah korbannya
mencapai 500.000 orang, sebagian besar adalah orang-orang Islam dari
Turki dan yg telah masuk Islam di Wallachia.
Dracula
telah membunuh tidak kurang dari 300.000 umat Islam di Wallachia.
Para sejarawan memperkirakan korban dari kekejaman Dracula antara
100.000-500.000 orang. Korbannya berasal dari berbagai kalangan mulai
dari bangsawan, tuan tanah, petani sampai pengemis. Diantara mereka
ada laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak. Bila Dracula
berkehendak tak ada satupun yang bisa lolos dari kekejamannya. Dracula
bisa dikatakan sebagai kreator penyiksaan. Metode penyiksaan yang
belum pernah ada dia ciptakan untuk memenuhi hasrat gilanya akan darah
dan jerit korban yang sekarat. Korban- korban tersebut dibunuh dengan
cara yang sungguh biadab, diantaranya;
1.Penyulaan.
Sula
merupakan kayu sebesar lengan orang dewasa yang ujungnya runcing.
Alat seperti ini digunakan oleh Dracula untuk menusuk seseorang. Bagian
yang ditusuk adalah dubur atau liang kemaluan perempuan. Tubuh korban
ditusuk dengan kayu yang dilancipkan ujungnya melalui bagian bawah
hingga tembus pada perut atau kepala. Korban yang ditusuk seperti sate
ini bukan hanya orang dewasa. Tak kenal ampun, Dracula juga melakukan
penyiksaan serupa kepada bayi-bayi!
2.Pemotongan Payudara Perempuan dan Merusak Organ Seksual.
Korban diikat di atas meja dengan kuat dalam keadaan telanjang. Kemudian dikerat dan dikuliti.
3.Merebus Korban Hidup-hidup.
Sebuah
bejana besar kira-kira berdiameter 2 meter diletakan diatas tungku
yang berada ditengah alun-alun. Bejana tersebut diisi air. Setelah
penuh kayu bakar dinyalakan. Kemudian korban direbus hidup-hidup.
4.Menguliti Kepala dan Bagian Tubuh Lainnya.
Korban
akan dikuliti dengan pisau yang tajam. Mulai dari wajah kemudian
kulit korban dikuliti sampai semua kulit kepala terkelupas.
Cara
penyiksaan yang lain: Mencekik, memotong otot-otot tertentu, memotong
hidung dan telinga, membutakan mata, membakar hidup-hidup, memaku
kepala, memangsakan si korban pada binatang buas, menarik korban
dengan 2 kuda, merendam tubuh korban, serta memanggangnya.
Beberapa peristiwa-peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam adalah:
1. Pembantaian terhadap prajurit Turki di Tirgoviste
2. Membakar pemuda-pemuda Turki
3. Topi yang dipaku di kepala kepada dua orang duta besar khilafah Turki Utsmani
4. Fakir Miskin dan petani yang dibakar di Tirgoviste
5. 30.000 pedagang Turki yang disula
6. Membunuh dengan virus yang mematikan
7. Meracuni sungai Danube
Tindakan
kejam Drakula yang melakukan pembantaian terhadap umat Islam ini
membuat sultan Muhammad alFatih menyerukan seruan jihad kepada
Drakula. Pada tanggal 17 Mei 1462 M sultan Muhammad alFatih mengirimkan
60.000 tentara ditambah 30.000 tentara non reguler. Sementara tentara
Dracula hanya mencapai 30.000 prajurit. Melihat jumlah pasukan yang
tidak berimbang ini, Drakula melakukan strategi perang tengah malam.
Menurut anda, kira-kira siapa panglima pasukan yang dikirim oleh
Muhammad AlFatih untuk memimpin pasukan jihad ini? tak lain adalah
Randu, si muslim yang taat yang tak lain adalah adik kandung Dracula.
Pada
serangan tengah malam pasukan Drakula yang berkekuatan 10.000 orang
berhasil mendesak pasukan khilafah, tetapi dapat dipukul mundur pada
saat fajar tiba. (bisa jadi dari sinilah dibuat mitos bahwa Dracula
takut dengan cahaya matahari). Atas kekalahan tersebut pasukan Drakula
melarikan diri ke benteng Poenari. Drakula melarikan diri dari
kepungan pasukan khilafah. Dan akhirnya dia terbunuh di tepi danau
Snagov. Sang Sultan Muhammad AlFatihlah yang telah mengalahkan dan
memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov (sumber lain mengatakan
yang membunuhnya adalah Randu, adik kandungnya). Dan berakhirlah
kekejaman melegenda sang Dracula.
Yap,
bukan salib. Melainkan Muhammad AlFatih dan kekhilafahan lah yang
berhasil mengalahkan Dracula. Sayangnya semangat kekejaman Dracula
mendarah daging. Mati satu dracula, muncul Dracula-Dracula yang lain.
Dracula ini bahkan mewujud menjadi negara. Negara barat mewarisi
semangat kekejaman Dracula, jutaan umat Islam dihabisi dengan cara yang
tak kalah sadis dari yang dilakukan Dracula. Pembantaian di Irak,
Afghanistan, Palestina, dan lain-lain merupakan aksi lanjutan dari para
‘keturunan’ Dracula.
Dan
layaknya Vlad Dracula, yang hanya bisa dikalahkan oleh Muhammad
AlFatih, maka ’Dracula-Dracula’ keturunannya pun hanya bisa dikalahkan
oleh para pendekar-pendekar khilafah ’keturunan’ Muhammad AlFatih!